Makalah BMI – “Hubungan 
Pembangunan Berkelanjutan dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT)”
Mei 11, 2010, 4:26 am
Filed under: Uncategorized
ABSTRAKSI
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu bentuk baru dalam pembangunan  dengan melihat aspek lingkungan dan pemanfaatan sumber daya untuk jangka  panjang. Pembangunan berkelanjutan juga terkait dengan aspek ekonomi  untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan menjadi aspek yang  menjadi fokus dalam perekonomian. Kebijakan pemerintah banyak dilakukan  dalam pemulihan sistem perekonomian dan penurunan kemiskinan. Salah  satunya adalah Bantuan Langsung Tunai. Keterkaitan antara BLT dan  pembangunan berkelanjutan dapat dilihat dari manfaat jangka panjang dari  program BLT bagi penduduk miskin.
ABSTRACT
Sustainable development is a new form of development by looking at  aspects of the environment and the utilization of resources for the long  term. Sustainable development is also related to the economic aspects  to enhance economic growth. Aspects of poverty into focus in the  economy. Many government policies made in economic recovery and poverty  reduction. One of them is a Direct Cash Assistance. Linkage between BLT  and sustainable development can be seen from the long-term benefits of  the BLT program for poor people.
RINGKASAN
Masalah kemiskinan banyak dikaitkan dengan pembangunan ekonomi. Namun  dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi terkadang kurang memperhatikan  keadaan untuk jangka panjang. Mengatasi hal tersebut, pembangunan  berkelanjutan dapat menjadi suatu bentuk rancangan yang dapat digunakan.  Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu pembangunan yang  memperhatikan keberlanjutan untuk jangka panjang. Pembangunan  berkelanjutan menjadi model pembangunan yang memperhatikan segi sumber  daya dan juga lingkungan.
Pembangunan yang dilakukan di Indonesia berubah seiring dengan perubahan  sistem pemerintahan yang terjadi. Sisa-sisa pembangunan di setiap  pemerintahan ada yang memberikan dampak pada kenaikan tingkat  kemiskinan. Pembangunan sebagai penyebab kemiskinan terkait dengan  adanya utang yang belum dilunasi dan pihak terkait yang lepas tangan  akan keadaan tersebut. Pelaksanaan kebijakan dan pembangunan untuk  mengatasi kemiskinan pun menjadi hal yang banyak menjadi sorotan untuk  segera dibenahi. Salah satunya Bantuan Langsung Tunai (BLT)
BLT dianggap sebagai salah satu solusi cepat untuk mengatasi kenaikkan  harga BBM pada tahun 2008. Pelaksanaan kebijakan ini diharapkan dapat  membantu meringankan keadaan rakyat miskin, walaupun dalam prakteknya  masih kurang tepat sasaran. Pemberian BLT juga dapat dikaitkan dengan  model pembangunan berkelanjutan. Kaitan yang terlihat adalah dimana  keadaan penerima BLT merupakan masyarakat yang digolongkan miskin.  Mereka bisa diaktakan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup apalagi  untuk memikirkan masalah lingkungan yang menjadi salah satu aspek dalam  model pembangunan berkelanjutan. Untuk itu dapat dilihat bahwa  penerimaan BLT tidak memberikan suatu kontribusi bagi pembangunan yang  berkelanjutan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persoalan kemiskinan bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Berbagai  program pemerintah mulai bergulir untuk mengatasi atau paling tidak  mengurangi angka kemiskinan. Kebutuhan hidup dirasakan sulit terpenuhi  bagi masyarakat miskin terutama di kota dan pinggirannya.  Program-program yang dilaksanakan pun belum tentu dapat menyelesaikan  permasalahan ini. Bahkan terkadang menimbulkan permasalahan baru yang  harus diselesaikan selanjutnya.
Banyak program pemerintah yang memberikan bantuan dalam berbagai hal  untuk mengurangi angka kemiskinan. Beberapa diantaranya Bantuan Langsung  Tunai (BLT), beras masyarakat miskin (raskin), bantuan operasional  sekolah, dan program keluarga harapan. Program yang menjadi fokus disini  adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT). Program ini diberlakukan untuk  mengantisipasi akibat kenaikan harga BBM bagi masyarakat miskin agar  tetap mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. BLT merupakan suatu program  yang diharapkan nantinya dapat menimbulkan kemandirian dengan penggunaan  dana yang sebaiknya.
Kemandirian yang ada terkait dengan hubungannya dengan pembangunan  berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang  tidak hanya mencari pertumbuhan dalam hal ekonomi melainkan juga dari  segi pembangunan manusia dan lingkungannya. Indonesia telah mengalami  model pembangunan yang berbeda selama lebih dari 64 tahun merdeka.  Perjalanan dalam pembangunan menjadi suatu pemikiran yang perlu  direncanakan agar Indonesia menjadi lebih maju.
Pembangunan tentunya berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam sistem  pembangunan yang diterapkannya. Program yang dilaksanakan untuk  pembangunan seperti sudah dijelaskan sebelumnya banyak macamnya.  Pelaksanaan program yang ada menuntut keefektifitasan serta kaitannya  dengan pembangunan yang berkelanjutan. Perubahan yang diharapkan dari  pembangunan itu sendiri salah satunya yaitu memberikan kemandirian.  Kemandirian inilah yang membuat suatu pembangunan bisa menjadi  berkelanjutan. Oleh karena itu, melalui realisasi program pemerintah,  khususnya BLT, akan dilihat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan  yang terikat dengan kemandirian.
1.2. Perumusan Masalah
Melihat adanya ketidak efektifan pembagian BLT tersebut menimbulkan  pertanyaan yang berarti mengenai pengaruhnya akan pembangunan yang  berkelanjutan seperti yang disebutkan sebelumnya. Permasalahan yang akan  dikaji dari keadaan tersebut yaitu:
Apa pengertian pembangunan berkelanjutan dan bagaimana pembangunan di Indonesia?
Bagaimana penggunaan BLT oleh masyarakat miskin untuk peningkatan taraf hidupnya?
Dan yang paling penting dapatkah realisasi BLT dikaitkan dengan model pembangunan yang berkelanjutan?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Pembahasan mengenai Hubungan Pembangunan yang Berkelanjutan Dengan  Progam Bantuan Langsung Tunai bertujuan untuk memberikan gambaran  jalannya program BLT yang dilaksanakan. Program BLT tersebut memiliki  pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat miskin. Oleh karena itu, dapat  terlihat perubahan yang terjadi dari segi sosial masyarakat yang  menerima bantuan tersebut. Kajian ini juga akan memberikan pengetahuan  dan pemahaman tentang pengaruh program BLT dari segi positif maupun  negatif serta kaitannya bagi pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia sampai saat ini masih menjadi negara yang berkembang. Ilmu  pengetahuan dan perekonomian yang ada di dunia global menjadi tolak ukur  sejauh mana negara ini berkembang. Sayangnya, beberapa masalah  perekonomian terutama kemiskinan yang dirasakan sebagian besar  masyarakat Indonesia sulit untuk diselesaikan dan memperlambat laju  pembangunan yang diharapkan untuk tercipta. Pembangunan yang saat ini  menjadi pemikiran adalah membuat suatu pembangunan berkelanjutan dalam  segi perekonomian dengan dibantu oleh program pemerintah untuk menuju  Indonesia yang lebih maju.
Pembangunan memiliki makna melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.  Pembangunan yang diharapkan dapat terlaksanan dengan baik yaitu  pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Jaya (2004)[1], pembangunan yang  berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan  pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Tujuan  akhir setiap usaha pembangunan ialah memperlakukan manusia, laki-laki,  perempuan, anak-anak sebagai tujuan, untuk memperbaiki kondisi manusia  dan memperbesar pilihan manusia (Streeten 1995 dalam Luhulima 1998)[2].  Salah satu yang menjadi bagian dari pembangunan berkelanjutan adalah  dimensi manusia atau bisa juga disebut dengan ‘pembangunan manusia’.  Menurut Mahbub ul Haq (1995) dalam Luhulima (1998), ada empat komponen  utama dalam paradigm pembangunan manusia, yaitu pemerataan atau  kesetaraan (equity), berkelanjutan, produktivitas dan pemberdayaan.[3]
Pelaksanaan dari pembangunan yang berkelanjutan, menurut Ife dan  Tesoriero (2006), sering dihubungkan dengan pertumbuhan. Namun  sebenarnya, hal ini akan memberikan makna keberlanjutan menjadi lebih  lemah karena pertumbuhan yang diharapkan dalam prinsip keberlanjutan  disini adalah dimana sistem-sistem yang berperan harus mampu  dipertahankan dalam jangka panjang[4]. Terkadang pencarian suatu  kemudahan yang membuat pembangunan tidak bertahan menjadi suatu sistem  yang bersifat jangka panjang, tetapi hanya menyelesaikan masalah dengan  cepat untuk masa yang singkat. Paradigma seperti inilah yang membuat  banyaknya pembangunan tidak berjalan untuk menyelesaikan masalah secara  mendasar.
Tahapan-tahapan dalam evolusi dari pembangunan berkelanjutan dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1
Tahapan dalam Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Sumber: Serosa dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21,  Press Release BPS: Kemiskinan Juli 2009.[5]
Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka indikator pembangunan
berkelanjutan tidak akan terlepas dari aspek-aspek tersebut diatas, yaitu aspek ekonomi,
ekologi/lingkungan, sosial, politik, dan budaya.
2.2. Pembangunan, Kemiskinan, dan Program Pemerintah
Seperti sudah disebutkan dalam Bab Pendahuluan, masalah kemiskinan  menjadi bagian yang tidak lepas dari terlaksananya pembangunan.  Pembangunan merupakan suatu cara yang diharapkan dapat memberikan  peningkatan kualitas hidup masyarakat untuk mengurangi kemiskinan yang  terjadi. Penyelesaian masalah kemiskinan dengan melakukan pembangunan  ini mendorong pemerintah untuk membuat program yang dapat mempengaruhi  pembangunan salah satunya mengenai kemiskinan.
2.2.1. Pembangunan yang dilakukan di Indonesia
Perjalanan kemerdekaan Indonesia selama ini selalu penuh dengan  pembangunan yang mengiringinya. Sampai saat inipun pembangunan pasti  terus dilakukan sebagai bentuk pengaruh perkembangan zaman yang ada.  Pembangunan di Indonesia yang diawali pada masa Orde Lama terus  berlanjut walaupun dengan berbedanya masa kekuasaan selanjutnya yaitu  Orde Lama yang dilanjutkan dengan masa Reformasi.
Pada masa Orde Lama pembangunan memang baru dimulai. Penataan akan  sistem pembangunan pun mulai sedikit demi sedikit diarahkan. Namun,  keadaan politik mulai terguncang dan stabilitas negara terganggu akibat  masalah yang ada. Pemerintahan pun beralih pada penguasaan Orde Baru.  Sistem pemerintahan pun mulai diarahkan dengan mencanangkan program  pembangunan. Pembangunan yang awalnya memang berjalan baik dan dirasakan  berdampak positif, akhirnya menjadi ladang untuk melakukan praktek  korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penjalaran selanjutnya berakibat  pada utang luar negeri yang dilakukan kolega-kolega dalam praktek KKN  dan juga pihak swasta yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya,  utang  tersebut beralih pada rakyat Indonesia. Keadaan ini diperparah dengan  peran media massa dan juga pengawasan ketat dalam hal politik sehingga  banyak batasan-batasan dalam pengetahuan tentang keadaan pemerintahan,  sampai akhirnya dimulailah gerakan reformasi menuntut perubahan yang  lebih baik.[6]
Era reformasi pun sampai kini sedang berlangsung. Perubahan akan sistem  pembangunan dilakukan untuk memperbaiki ketimpangan dalam pemerintahan  yang lama. Program-program baru pun mulai bergulir dan memberikan  pengaruh yang berbeda dengan bentuk pemerintahan yang lebih demokratis.
2.2.2. Kemiskinan dan hubungan eratnya dengan pembangunan
Pembangunan yang dilakukan dengan KKN dibalik sistemnya yang  dilaksanakan pada masa Orde Baru meninggalkan utang yang perlu dilunasi  dan sampai sekarang terus bertambah jumlahnya. Utang tersebut akhirnya  dibebankan kepada rakyat. Kehidupan menjadi sulit dan merupakan bagian  dari dampak kenaikan harga yang terpengaruh oleh utang yang tinggi serta  berakibat pada kemiskinan.
Tabel 1
Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah sejak 1996-2008
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (Juta)
Kota
Desa
Kota+Desa
1996
9,24
24,59
34,01
1998
17,60
31,90
49,50
1999
15,64
32,33
47,97
2000
12,30
26,40
38,70
2001
8,60
29,30
37,90
2002
13,30
25,10
38,40
2003
12,20
25,10
37,30
2004
11,40
24,80
36,10
2005
12,40
22,70
35,10
2006
14,49
24,81
39,30
2007
13,56
23,61
37,17
2008
12,77
22,19
34,96
Sumber: Dari olahan data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS[7]
Grafik 1
Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah sejak 1996-2008
(dalam juta penduduk)
Sumber: Dari olahan data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS[8]
Pembangunan pada akhirnya menjadi suatu penyebab awal kemiskinan yang  kian meningkat. Banyak pembangunan tidak memperhatikan keadaan  masyarakat sehingga menimbulkan kemiskinan. Kasus yang biasa terjadi di  Indonesia yaitu pembangunan lebih banyak dilakukan di kota-kota sehingga  meningkatkan arus urbanisasi. Menurut Luhulima (1998), di negara-negara  sedang berkembang dana-dana yang terbatas untuk jasa-jasa sosial  cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah kota sehingga menimbulkan  suatu lingkaran setan yang berdampak pada kurangnya fasilitas sosial dan  ekonomi di daerah pedesaan.[9]
2.2.3. Program pemerintah sebagai pembangunan untuk mengatasi kemiskinan
Pemerintah dalam mengatasi kemiskinan memberikan solusi dengan  memberikan program-program yang sifatnya mendukung dalam pengentasan  kemiskinan. Pelaksanaan tersebut merupakan bentuk kesadaran pemerintah  akan kesulitan yang dialami rakyat. Program bantuan pun digulirkan  dengan bantuan departemen-departemen yang terkait dalam perekonomian  serta kesejahteraan masyarakat.
Program-program yang diberikan terdiri dari berbagai bentuk bantuan  dalam berbagai hal. Misalnya beberapa diantaranya yaitu bantuan  pendidikan, pemenuhan kebutuhan pokok, sampai bantuan uang tunai.  Program-program tersebut memiliki sasaran utama masyarakat yang  dikategorikan miskin dan sebagian besar tinggal di daerah kota dan  pinggiran kota. Dalam pelaksanaannya, apabila mengesampingkan beberapa  penyimpangan yang mungkin terjadi, program-program yang dilaksanakan  memang cukup memberikan kemudahan untuk membantu kehidupan masyarakat  yang dikategorikan miskin. Permasalahan pembanguan ekonomi pun dapat  diperbaiki dan memberikan jalan keluar yang baik dalam hal kesejahteraan  sosial terutama bagi masyarakat yang dikategorikan miskin. Seperti yang  dinyatakan oleh Basri (2002) bahwa “format baru pembangunan ekonomi  Indonesia tidak boleh lagi memisahkan diantara keduanya[10], melainkan  harus padu (built in) didalam strategi dan setiap kebijakan pembangunan.
2.3. Bantuan Langsung Tunai (BLT), Suatu Solusi Cepat
Kebutuhan manusia yang tidak terbatas menuntut manusia untuk berusaha  mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Bekerja menjadi modal utama untuk  membiayai kelangsungan hidup keluarga dalam memenuhi kebutuhan.  Harga-harga yang terus berubah dan semakin meningkat memperkecil  kemampuan rakyat untuk mengkonsumsi barang-barang kebutuhan dasar.  Pemerintah tentunya mengharapkan adanya kesejahteraan sosial seperti  yang disebutkan dalam sila kelima Pancasila. Menurut Basri (2002),  “Kesejahteraan sosial terwujud melalui tercapainya kemakmuran  (prosperity) yang berkeadilan (justice)”. Melalui pernyataan tersebut,  bisa dikatakan bahwa masyarakat miskin belumlah mendapatkan keadilan  dalam hal kemakmuran. Pemenuhan untuk kebutuhan hidup yang sulit mereka  dapatkan merupakan suatu ukuran bahwa mereka belumlah makmur, apalagi  dikatakan sejahtera. Untuk itulah, pemerintah mencanangkan program dalam  meningkatkan kesejahteraan mereka.
2.3.1. BLT sebagai kompensasi kenaikan BBM
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) mulai digulirkan pada bulan Mei  2008 bagi keluarga yang dikategorikan miskin. Program Bantuan Langsung  Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan  harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi rakyat miskin.[11]  Subsisdi ini diharapkan dapat membantu rakyat miskin dalam pemenuhan  kebutuhan karena akibat kenaikan BBM tentunya berpengaruh dengan harga  kebutuhan pokok.
BLT merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi  masalah yang mungkin timbul bagi rakyat miskin. Program ini merupakan  instruksi presiden pada tahun 2008.
“Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahun 2008 diberikan berdasarkan Instruksi  Presiden No 3 tahun 2008 kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang masuk  dalam kategori sangat miskin, miskin dan hampir miskin. BLT diberikan  dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM (Departemen Sosial,  2008) dengan tujuan untuk (i) membantu masyarakat miskin agar tetap  dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, (ii) mencegah penurunan tarat  kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi, dan (iii)  meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.”[12]
2.3.2. Penggunaan BLT oleh masyarakat
Penyaluran BLT seperti yang sudah dijelaskan sebagai kompensasi dari  kenaikan harga bahan bakar diharapkan dapat membantu para penerimanya  untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Namun, tidak selamanya penggunaan  tersebut tepat seusai apa yang diharapkan oleh pemerintah. Apalagi,  masyarakat yang mendapatkan BLT malahan bukan tergolong masyarakat  miskin. Dalam praktek penyalurannya, masih banyak kekurangan dalam  penentuan sasaran penerima BLT.
Berikut ini bentuk-bentuk penggunaan dari BLT berdasarkan hasil survey di Semarang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2
Sumber: Kajian Regional Ekonomi Bank Indonesia Triwulan II, 2008
2.4. BLT dalam Model Pembangunan Berkelanjutan
BLT yang notabenenya berupakan bantuan, bisa menjadi masalah jika kita  melihat dari sisi berkelanjutan bagi masyarakat yang menerima. BLT yang  diberikan seolah-olah menggambarkan bahwa pemerintah menolong rakyat  miskin. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah suatu bentuk  ketergantungan akan bantuan dari pemerintah. Pemberian uang secara  cuma-cuma, memang memberikan kemudahan, namun penggunaan uang yang tidak  pada tempatnya yang mungkin terjadi dapat menjadi masalah baru  nantinya. Faktor keberlanjutan disini diharapkan bahwa masyarakat  nantinya dapat tertolong dan lebih mandiri dengan bantuan yang  diberikan. Bukan hanya pemberian bantuan langsung habis sekali pakai.  Belum lagi masalah akan penyaluran yang tidak tepat sasaran.
Pemberian BLT memberikan gambaran bahwa masyarakat Indonesia yang  tergolong miskin memang masih banyak. Pembangunan yang dilakukan dapat  dilakukan dengan membenahi jumlah masyarakat miskin. Pemeberian BLT  terkait dengan banyaknya masyarakat miskin di Indonesia, dan masyarakat  miskin Indonesia mempunyai kaitan dengan pembangunan berkelanjutan.  Sehingga dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa BLT tentunya terhubung  dengan pembangunan berkelanjutan.
Para penerima BLT tergolong masyarakat miskin yang sulit memenuhi  kebutuhan. Kesulitan ini berarti akan memberikan pengurangan dalam  perhatian masyarakat terhadap lingkungan yang menjadi aspek penting  dalam pembangunan berkelanjutan. Untuk memikirkan kebutuhan hidup saja  sudah sulit, apalagi lingkungannya. BLT belum menggambarkan masyarakat  yang dapat menerima kelayakan dalam hal lingkungan atau membentuk  masyarakat yang peduli lingkungan. Masyarakat berhak untuk mendapatkan  lingkungan hidup yang sehat seperti yang tercantum dalam pasal 5 ayat  (1) UUPLH bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan  hidup yang baik dan sehat (Hardjasoemantri, 2001).[13]
Pembangunan berkelanjutan dan hubungannya dengan BLT dapat dilihat dari  segi karakteristik kemampuan dari penerima BLT. Penerima BLT tergolong  masyarakat miskin sehingga mereka sulit untuk lebih memberi perhatian  pada segi lingkungan yang merupakan bagian proses pembangunan  berkelanjutan. Selain itu, program BLT juga belum dapat membuat  peningkatan perekonomian dengan menambah kemampuan berusaha para  penerima BLT yang nantinya berdampak pada pembangunan berkelanjutan yang  diinginkan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu bentuk pembangunan yang  memperhatikan aspek jangka panjang dan berkaitan juga dengan lingkungan.  Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan belum dapat terlihat dalam  program BLT. Ini dilihat dari segi penggunaan dana BLT yang sebagian  besar masih untuk konsumsi dan ini berarti masih belum ada pembangunan  dari aspek lingkungan walaupun mungkin sudah ada perubahan dalam segi  pertumbuhan ekonomi. Pemberian BLT juga menandakan bahwa perekonomian  masyarakat Indonesia, khususnya penerima BLT, masih sulit sehingga dalam  pertimbangan untuk memeperdulikan aspek jangka panjang dari pembangunan  dan penggunaan sumber daya masih kurang terperhatikan.
3.2. Saran
Pelaksanaan program pemerintah merupakan bentuk usaha untuk meberikan  kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat. Menurut Basri (2002),  “Kesejahteraan sosial terwujud melalui tercapainya kemakmuran  (prosperity) yang berkeadilan (justice)”. Melalui pernyataan tersebut,  bisa dikatakan bahwa masyarakat miskin belumlah mendapatkan keadilan  dalam hal kemakmuran. Pemenuhan untuk kebutuhan hidup yang sulit mereka  dapatkan merupakan suatu ukuran bahwa mereka belumlah makmur, apalagi  dikatakan sejahtera. Dua prinsip tersebut bisa menjadi landasan dalam  pembangunan berkelanjutan, hanya saja dalam pelaksanaan pembuatan  kebijakan hendaknya memperhatikan aspek jangka panjang. Model  pembangunan berkelanjutan harus lebih memiliki peranan dimana lingkungan  dan sumberdaya ikut diperhatikan. Selain itu, sebaiknya bentuk  kebijakan BLT diubah kearah yang lebih menuju bentuk usaha sehingga  dapat berkelanjutan dan mengembangkan kemampuan masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). ‘Indikator Pembangunan Berkelanjutan Di Indonesia’.  Sumber:  http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/data%20bltn%202009.pdf,  diakses tanggal 29 Desember 2009
_______. (2009). ‘Press Release BPS: Kemiskinan Juli 2009’. Sumber: www.bps.go.id diakses tanggal 29 Desember 2009
_______. (2008). ‘Ringkasan Eksekutif Survei Efektivitas Bantuan  Langsung Tunai (BLT) Di Kota Semarang’ dalam Kajian Ekonomi Regional.  Sumber:  http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/F6118BA1-4302-4BE9-B1F6-7A09EF39137B/14300/Boks4BLT.pdf,  diakses tanggal 29 Desember 2009.
Basri, Faisal. (2002). Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Collins, Elizabeth Fuller. (2008). Indonesia Dikhianati. Herul Fathony,  penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Indonesia  Betrayed: How Development Fails.
Firdausy, Carunia Mulya (ed.). (1998). Dimensi Manusia Dalam Pembangunan  Berkelanjutan. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Hardjasoemantri, Koesnadi. (2001). Perguruan Tinggi Dan Pembangunan  Berkelanjutan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen  Pendidikan Nasional, Indonesia.
Ife, Jim dan Frank Tesoriero. (2008). Community Development: Alternatif  Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi. Sastrawan Manulang, Nurul  Yakin, dan M. Nursyahid, penerjemah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.  Terjemahan dari: Community Development: Community-Based Alternative in  an Age of Globalisation.
Jaya, Askar. (2004). ‘Konsep Pembangunan Berkelanjutan’. Sumber  http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/askar_jaya.pdf, diakses tanggal  29 Desember 2009.
[1] Askar Jaya, “Konsep Pembangunan Berkelanjutan”, sumber  http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/askar_jaya.pdf, diakses tanggal  29 Desember 2009.
[2] Hal ini di jelaskan dalam kumpulan tulisan berjudul “Dimensi Manusia  dalam Pembangunan Berkelanjutan” yang diterbitkan oleh Lembaga Ilmu  Pengetahuan Indonesia tahun 1998 halaman 8.
[3] Ibid., p.9
[4] Jim Ife dan Frank Tesoriero, “Community Development: Alternatif  Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi”, (Yogyakarta: Pustaka  Pelajar, 2008, penerbit terjemahan edisi ke-3 Bahasa Indonesia) hal  93-94.
[5] Press Release BPS: Kemiskinan Juli 2009,  sumber: www.bps.go.id, diakses tanggal 29 Desember 2009.
[6] Elizabeth Fuller Collins, “Indonesia Dikhianati”, diterjemahkan oleh  Herul Fathony (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 20-27.
[7] Press Release BPS: Kemiskinan Juli 2009,  sumber: www.bps.go.id, diakses tanggal 29 Desember 2009.
[8] Ibid.
[9] C.P.F. Luhulima, “Dimensi Manusia Dalam Pembangunan Berkelanjutan”,  editor Carunia Mulya Firdausy, (Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan  Indonesia, 1998), hal. 6.
[10] Yang dimaksud “keduanya” dalam pernyataan tersebut adalah mengenai  kesejahteraan sosial yang dapat dicapai dengan kemakmuran dan keadilan  dengan prasyarat demokrasi. Dijelaskan oleh Faisal Basri, “Perekonomian  Indonesia: Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia”, (Jakarta:  Erlangga), hal. 113
[11] Kajian ekonomi regional, “Ringkasan Eksekutif Survei Efektivitas  Bantuan Langsung Tunai (BLT) Di Kota Semarang”, sumber :  http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/F6118BA1-4302-4BE9-B1F6-7A09EF39137B/14300/Boks4BLT.pdf,  hal.1
[12] Kajian ekonomi regional, “Ringkasan Eksekutif Survei Efektivitas  Bantuan Langsung Tunai (BLT) Di Kota Semarang”, sumber :  http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/F6118BA1-4302-4BE9-B1F6-7A09EF39137B/14300/Boks4BLT.pdf,  hal. 2
[13] Koesnadi Hardjasoemantri, “Perguruan Tinggi dan Pembangunan  Berkelanjutan”, (Direktoran Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen  Pendidikan Nasional, 2001), hal. 73